Biografi
Abu Manshur Al-Maturidi
Nama
lengkap beliau adalah Muhammad Bin Muhammad Abu Manshur Al-Maturidy. Garis
keturunannya masih bersambung dengan sahabat Abu Ayub Al-Anshary. Dia lahir
dikota Maturid, Samarqand. Tahun kelahirannya tidak diketahui dengan jelas,
diperkirakan sekitar tahun 238 dan kemudian meninggal pada tahun 333 H. Beliau
juga digelar imam al-huda. imam al-mutakallimin, dan raiys ahlussunnah. .
Sedikit yang dapat diketahui secara langsung dari dirinya, karena mazhab yang
dibentuknya berkembang tegak melalui tulisan murid-muridnya.
Ia
memperoleh pelajaran ilmu fiqh dan ilmu kalam dan seorang alim bernama Ali
Nazar Bin Yahya Al-Baikhi, yang dalam negerinya sedang terjadi perdebatan
antara ulama fiqih dan hadits dengan orang-orang Mu‟tazilah baik mengenai ilmu kalam, maupun
ilmu fiqih dan pokok-pokoknya. Suasana yang penuh pertentangan itu mendorong
Maturidi bersungguhsungguh menyelidiki persoalan persoalan, sehingga akhirnya
ia menjadi seorang alim dalam ilmu fiqh dan ushul-ushulnya serta dalam ilmu
kalam.
Ulama
yang ahli tentang ushuluddin waktu itu sangat sedikit sehingga ia terpaksa
mengembara kian kemari untuk memperoleh bahan-bahan dan alasan yang
dikehendakinya, sebagaimana ia pernah pergi ke Bashrah sampai 22 kali untuk
menghadiri ceramah-ceramah mengenai “aqaid dan kuliah-kuliah ilmu fiqh sampai
akhirnya ia menjadi ahli dalam ilmu tersebut.
Al-Asy‟ari hidup di Basrah Irak, pengikut mazhab
Syafi‟i, sedangkan AlMaturidi
bertempat tinggal di Sarnarkand, pengikut mazhab Hanafi. Karena itu tidak
mengherankan kalau pengikut Al-Asy‟ari
pada umumnya adalah yang bermazhab Syafi‟i
dan pengikut-pengikut Al-Maturidi adalah yang bermazhab Hanafi. Sistem berfikir
beliau tidak berbeda banyak dengan Al-Asy‟ari.
Banyak segisegi persamaan, disamping ada sekitar masalah yang berbeda pendapat
antara lain: masalah taqdir. Asy‟ari
tampak lebih dekat kepada Jabariyah sedangkan Al-Maturidi tampak lebih dekat
kepada Qadariyah. Persamaannya, adalah menentang Mu‟tazilah.‟ Karena beliau hidup di masa ketika sekte Mu‟tazilah mempergunakan teknik logika Yunani
untuk berdebat. Ia mempergunakan argumen itu juga untuk mempertahankan teologi
Islam.
Karangan beliau terbagi dalam 3 cabang penting
yaitu tafsir, ilmu kalam dan ushul fiqih. Di antara karya beliau dalam ilmu
kalam adalah kitab tauhid yang menunjukkan kemampuan nalar dan keluasan
wawasannya dalam menggunakan dalil-dalil „aqaid untuk mempertahankan
pendapatnya. Buku ini juga memperlihatkan kepada kita bagaimana beliau
menguasai beragam pendapat yang bertolak belakang dengan ajaran ahlus-sunnah
wal jamaah baik itu dimiliki kelompok yang menyandarkan pada ajaran Islam atau
di luar Islam. Semua itu kemudian diradd dengan kemampuan logika yang tinggi.
Hal
ini bukanlah sesuatu yang mudah kecuali bagi orang yang telah menguasai
dalil-dalil „aqli yang ada dan paham akan penggunannnya. Kepandaian beliau juga
sangat menonjol dalam penggunaan bahasa. Terbukti dengan komentar
Az-Zamakhsyari terhadap beliau berbunyi “tidaklah metode ini ditempuh melainkan
oleh seseorang yang ahli dalam ilmu ma’ani dan ilmu bayan. Karya beliau dalam
bidang tafsir ta’wilatul quran, sedangkan dalam ushul fiqh ma’khadussyarai‟ dan jadal namun kedua karyanya yang akhir
ini tidak ditemukan.
Aliran
al-Maturidiyah
Aliran
al-Maturidiyah adalah sebuh aliran yang tidak jauh berbeda dengan aliran al-Asy‟ariyah. Keduanya lahir sebagai bentuk
pembelaan terhadap sunnah. Bila aliran al-Asy‟ariyah berkembang di Basrah maka aliran al-Maturidiyah
berkembang di Samargand.
Kota
tempat aliran ini lahir merupakan salah satu kawasan peradaban yang maju.
menjadi pusat perkembangan Mu‟tazilah
disamping ditemukannya aliran Mujassimah. Qaramithah dan Jahmiyah, Menurut Adam
Metz. juga terdapat pengikut Majusi, Yahudi dan Nasrani dalam jumlah yang
besar. Al-Maturidi saat itu terlihat dalam banyak pertentangan dan dialog
setelah melihat kenyataan berkurangnya pembelaan terhadap sunnah. Hal ini dapat
dipahami karena teologi mayoritas saat itu adalah aliran Mu‟tazilah yang banyak menyerang golongan ahli
fiqih dan ahli hadits. Diperkuat lagi dengan unsur terokratis penguasa.
Asy‟ari maupun Maturidi bukan tidak paham
terhadap mazhab Mu‟tazilah.
Bahkan al-Asy‟ary pada awalnya
adalah seorang Mu‟taziliy
namun terdorong oleh keinginan mempertahankan sunnah maka lahirlah ajaran
mereka hingga kemudian keduanya diberi gelar imam ahlussunnah wal jama‟ah.
Sejarah
Timbul Al-Maturidiyah
Aliran
al-Maturidiyah berdiri atas prakarsa al-Maturidi pada tahun pertama abad ke-4 H
di wilayah Samarkand. Aliran ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan aliran
al-Asy‟ariyah. Keduanya
dilahirkan oleh kondisi sosial dan pemikiran yang sama. Kedua aliran ini datang
untuk memenuhi kebutuhan mendesak yang menyerukan untuk menyelamatkan diri dari
ekstrimitas kaum rasionalis di mana yang berada dibarisan paling depan adalah
Mu‟tazilah, maupun kaum
tekstualitas yang dipelopori oleh kaum Hambaliyah (para pengikut Imam Ibnu
Hambal). Keduanya berbeda pendapat yang menyangkut masalah cabang dan
detailitas.
Pada
awalnya antara kedua aliran ini dipisahkan oleh jarak. Aliran Asy‟ariyah berkembang di Irak dan Syam (Suriah)
kemudian meluas sampai ke Mesir sedangkan aliran Maturidiyah di Samarqand dan
di daerah-daerah seberang sungai (Oxus-pen). Kedua aliaran ini bisa hidup dalam
aliran yang kompleks dan membentuk suatu mazhab. Nampak jelas bahwa perbedaan
sudut pandang mengenai masalah-masalah fiqh kedua aliran ini merupakan faktor
pendorong untuk berlomba dan survive. Orang-orang Hanafiah (pengikut imam
Hanafi membentengi aliran-aliran Maturidiyah dan mereka kaitkan akarnya sampai
pada imam Abu Hanifah sendiri.
Teolog yang juga bermazhab Hanafiyah seperti
Maturidi adalah Abu Ja‟far
al-Tahawi dan Mesir. Dia adalah seorang ulama besar di bidang hadits dan fiqh
yang telah mengembangkan dogma-dogma teologi yang lebih besar. Lebih dari satu
abad, mazhab Asy‟ariyah tetap
populer hanya di antara pengikut Syafi„iyah sementara mazhab Maturidiyah dan begitu
juga Tahawiyah terbatas penganutnya di antara pengikut Hanafi.
Pengaruh
al-Maturidiyah di Dunia Islam
Aliran
al-Maturidiyah ini telah meninggalkan pengaruh dalam dunia Islam. Hal ini bisa
dipahami karena manhajnya yang memiliki ciri mengambil sikap tengah antara aqal
dan dalil naqli, pandangannya yang bersifat universal dalam menghubungkan
masalah yang sifatnya juziy ke sesuatu yang kulliy. Aliran ini juga berusaha
menghubungkan antara fikir dan amal, mengutamakan pengenalan pada
masalah-masalah yang diperselisihkan oleh banyak ulama kalam namun masih
berkisar pada satu pemahaman untuk dikritisi letak-letak kelemahannya
Keistimewaan
yang juga dimiliki al-Maturidiyah bahwa pengikutnya dalam perselisihan atau
perdebatan tidak sampai saling mengkafirkan sebagaimana yang pernah terjadi
dikalangan khawarij, rawafidh dan qadariyah.25 Aliran mi selanjutnya banyak
dianut oleh mazhab Hanafiyah.
Wallahua’lam
Rujukan
: Al-MATURIDIYAH : Makalah ini disampaikan pada Seminar Mata Kuliah Sejarah
Pemikiran Islam oleh Yusuf Talib NIM. 80100210114
No comments:
Post a Comment