Tuesday 21 April 2015

Aliran al-Maturidiyah

Biografi Abu Manshur Al-Maturidi

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Bin Muhammad Abu Manshur Al-Maturidy. Garis keturunannya masih bersambung dengan sahabat Abu Ayub Al-Anshary. Dia lahir dikota Maturid, Samarqand. Tahun kelahirannya tidak diketahui dengan jelas, diperkirakan sekitar tahun 238 dan kemudian meninggal pada tahun 333 H. Beliau juga digelar imam al-huda. imam al-mutakallimin, dan raiys ahlussunnah. . Sedikit yang dapat diketahui secara langsung dari dirinya, karena mazhab yang dibentuknya berkembang tegak melalui tulisan murid-muridnya.

Ia memperoleh pelajaran ilmu fiqh dan ilmu kalam dan seorang alim bernama Ali Nazar Bin Yahya Al-Baikhi, yang dalam negerinya sedang terjadi perdebatan antara ulama fiqih dan hadits dengan orang-orang Mutazilah baik mengenai ilmu kalam, maupun ilmu fiqih dan pokok-pokoknya. Suasana yang penuh pertentangan itu mendorong Maturidi bersungguhsungguh menyelidiki persoalan persoalan, sehingga akhirnya ia menjadi seorang alim dalam ilmu fiqh dan ushul-ushulnya serta dalam ilmu kalam.

Ulama yang ahli tentang ushuluddin waktu itu sangat sedikit sehingga ia terpaksa mengembara kian kemari untuk memperoleh bahan-bahan dan alasan yang dikehendakinya, sebagaimana ia pernah pergi ke Bashrah sampai 22 kali untuk menghadiri ceramah-ceramah mengenai “aqaid dan kuliah-kuliah ilmu fiqh sampai akhirnya ia menjadi ahli dalam ilmu tersebut.

Al-Asyari hidup di Basrah Irak, pengikut mazhab Syafii, sedangkan AlMaturidi bertempat tinggal di Sarnarkand, pengikut mazhab Hanafi. Karena itu tidak mengherankan kalau pengikut Al-Asyari pada umumnya adalah yang bermazhab Syafii dan pengikut-pengikut Al-Maturidi adalah yang bermazhab Hanafi. Sistem berfikir beliau tidak berbeda banyak dengan Al-Asyari. Banyak segisegi persamaan, disamping ada sekitar masalah yang berbeda pendapat antara lain: masalah taqdir. Asyari tampak lebih dekat kepada Jabariyah sedangkan Al-Maturidi tampak lebih dekat kepada Qadariyah. Persamaannya, adalah menentang Mutazilah. Karena beliau hidup di masa ketika sekte Mutazilah mempergunakan teknik logika Yunani untuk berdebat. Ia mempergunakan argumen itu juga untuk mempertahankan teologi Islam.

 Karangan beliau terbagi dalam 3 cabang penting yaitu tafsir, ilmu kalam dan ushul fiqih. Di antara karya beliau dalam ilmu kalam adalah kitab tauhid yang menunjukkan kemampuan nalar dan keluasan wawasannya dalam menggunakan dalil-dalil „aqaid untuk mempertahankan pendapatnya. Buku ini juga memperlihatkan kepada kita bagaimana beliau menguasai beragam pendapat yang bertolak belakang dengan ajaran ahlus-sunnah wal jamaah baik itu dimiliki kelompok yang menyandarkan pada ajaran Islam atau di luar Islam. Semua itu kemudian diradd dengan kemampuan logika yang tinggi.

Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah kecuali bagi orang yang telah menguasai dalil-dalil „aqli yang ada dan paham akan penggunannnya. Kepandaian beliau juga sangat menonjol dalam penggunaan bahasa. Terbukti dengan komentar Az-Zamakhsyari terhadap beliau berbunyi “tidaklah metode ini ditempuh melainkan oleh seseorang yang ahli dalam ilmu ma’ani dan ilmu bayan. Karya beliau dalam bidang tafsir ta’wilatul quran, sedangkan dalam ushul fiqh ma’khadussyarai dan jadal namun kedua karyanya yang akhir ini tidak ditemukan.

Aliran al-Maturidiyah

Aliran al-Maturidiyah adalah sebuh aliran yang tidak jauh berbeda dengan aliran al-Asyariyah. Keduanya lahir sebagai bentuk pembelaan terhadap sunnah. Bila aliran al-Asyariyah berkembang di Basrah maka aliran al-Maturidiyah berkembang di Samargand.

Kota tempat aliran ini lahir merupakan salah satu kawasan peradaban yang maju. menjadi pusat perkembangan Mutazilah disamping ditemukannya aliran Mujassimah. Qaramithah dan Jahmiyah, Menurut Adam Metz. juga terdapat pengikut Majusi, Yahudi dan Nasrani dalam jumlah yang besar. Al-Maturidi saat itu terlihat dalam banyak pertentangan dan dialog setelah melihat kenyataan berkurangnya pembelaan terhadap sunnah. Hal ini dapat dipahami karena teologi mayoritas saat itu adalah aliran Mutazilah yang banyak menyerang golongan ahli fiqih dan ahli hadits. Diperkuat lagi dengan unsur terokratis penguasa.

Asyari maupun Maturidi bukan tidak paham terhadap mazhab Mutazilah. Bahkan al-Asyary pada awalnya adalah seorang Mutaziliy namun terdorong oleh keinginan mempertahankan sunnah maka lahirlah ajaran mereka hingga kemudian keduanya diberi gelar imam ahlussunnah wal jamaah.

Sejarah Timbul Al-Maturidiyah

Aliran al-Maturidiyah berdiri atas prakarsa al-Maturidi pada tahun pertama abad ke-4 H di wilayah Samarkand. Aliran ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan aliran al-Asyariyah. Keduanya dilahirkan oleh kondisi sosial dan pemikiran yang sama. Kedua aliran ini datang untuk memenuhi kebutuhan mendesak yang menyerukan untuk menyelamatkan diri dari ekstrimitas kaum rasionalis di mana yang berada dibarisan paling depan adalah Mutazilah, maupun kaum tekstualitas yang dipelopori oleh kaum Hambaliyah (para pengikut Imam Ibnu Hambal). Keduanya berbeda pendapat yang menyangkut masalah cabang dan detailitas.

Pada awalnya antara kedua aliran ini dipisahkan oleh jarak. Aliran Asyariyah berkembang di Irak dan Syam (Suriah) kemudian meluas sampai ke Mesir sedangkan aliran Maturidiyah di Samarqand dan di daerah-daerah seberang sungai (Oxus-pen). Kedua aliaran ini bisa hidup dalam aliran yang kompleks dan membentuk suatu mazhab. Nampak jelas bahwa perbedaan sudut pandang mengenai masalah-masalah fiqh kedua aliran ini merupakan faktor pendorong untuk berlomba dan survive. Orang-orang Hanafiah (pengikut imam Hanafi membentengi aliran-aliran Maturidiyah dan mereka kaitkan akarnya sampai pada imam Abu Hanifah sendiri.

 Teolog yang juga bermazhab Hanafiyah seperti Maturidi adalah Abu Jafar al-Tahawi dan Mesir. Dia adalah seorang ulama besar di bidang hadits dan fiqh yang telah mengembangkan dogma-dogma teologi yang lebih besar. Lebih dari satu abad, mazhab Asyariyah tetap populer hanya di antara pengikut Syafi„iyah sementara mazhab Maturidiyah dan begitu juga Tahawiyah terbatas penganutnya di antara pengikut Hanafi.

Pengaruh al-Maturidiyah di Dunia Islam

Aliran al-Maturidiyah ini telah meninggalkan pengaruh dalam dunia Islam. Hal ini bisa dipahami karena manhajnya yang memiliki ciri mengambil sikap tengah antara aqal dan dalil naqli, pandangannya yang bersifat universal dalam menghubungkan masalah yang sifatnya juziy ke sesuatu yang kulliy. Aliran ini juga berusaha menghubungkan antara fikir dan amal, mengutamakan pengenalan pada masalah-masalah yang diperselisihkan oleh banyak ulama kalam namun masih berkisar pada satu pemahaman untuk dikritisi letak-letak kelemahannya

Keistimewaan yang juga dimiliki al-Maturidiyah bahwa pengikutnya dalam perselisihan atau perdebatan tidak sampai saling mengkafirkan sebagaimana yang pernah terjadi dikalangan khawarij, rawafidh dan qadariyah.25 Aliran mi selanjutnya banyak dianut oleh mazhab Hanafiyah.

Wallahua’lam


Rujukan : Al-MATURIDIYAH : Makalah ini disampaikan pada Seminar Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Islam oleh Yusuf Talib NIM. 80100210114

No comments:

Post a Comment